Jumat, 09 Maret 2012


A. Masa Pemikiran Filsafat Pra-Socrates 


Filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu. Baik dunia maupun manusia para pemikir atau ahli filsafat yang disebut orang bijak yang mencari-cari jawabannya sebagai akibat terjadinya alam semesta beserta isinya tersebut. Sedangkan arti filsafat itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia artinya bijaksana/pemikir yang menyelidiki tentang kebenaran-kebenaran yang sebenarnya untuk menyangkal dongeng-dongeng atau. mite-mite yang diterima dari agama.
Pemikiran filusuf inilah yang memberikan asal muasal segala sesuatu baik dunia maupun manusia yang menyebablan akal manusia tidak puas dengan keterangan dongeng atau mite-mite tersebut dengan dimulai oleh akal manusia untuk mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam semesta yang menakjubkan itu.
Mite-mite tentang pelangi atau bianglala adalah tempat para bidadari turun dari surge, mite ini disanggah oleh Xenophanes bahwa “pelangi adalah awan” dan pendapat Anaxagoras bahwa pelangi adalah pemantulan matahari pada awan (pendapat ini adalah pendapat pemikir yang menggunakan akal). Dimana pendekatan yang rasional demikian menghasilkan suatu pendapat yangdikontrol, dapat diteliti oleh akal dan dapat diperdebatkan kebenarannya. Para pemikir filsafat yang pertama hidup dimiletos kira-kira pada abadke 6 SM, dimana pada abad tersebut pemikiran mereka disimpulkan daripotongan-potongan yang diberitakan oleh manusia dikemudian hari atau zaman. Dan dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam artinya para ahli fikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan yang menja disasaran para ahli filsafat teresbut (obyek pemikirannya adalah alam semesta).

Tujuan filosofi mereka adalah memikirkan soal alam besar dari mana terjadinya alam itulah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka, pemikiran yang demikian itu merupakan pemikiran yang sangat majuu, rasioanl dan radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang dilain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang.

B. Para Filosof Yang Tergolong Dalam Filosof Alam

1. Thales (625-545 SM)
Thales adalah seorang saudagar yang banyak berlayar ke negeri Mesir. Ia juga seorang ahli politik yang terkenal di Milatos. Dalam pada itu masih ada kesempatan baginya untuk mempelajari ilmu matematik (ilmu pasti) dan astronomi (ilmu bintang).
Ada cerita yang mengatakan bahwa Thales sangat menyisihkan diri dari pergaulan bebas. Ia berpikir senantiasa, dan pikirannya terikat pada alam semesta. Pada suatu hati Thales berjalan-jalan, matanya asyik memandang ke atas, memandang keindahan alam langit. Dengan tanpa sepengetahuannya ia terjatuh masuk lubang, seorang perempuan tua yang lalu dekat itu menertawakannya sambil berkata, “Hai Thales, jalan di langit engkau ketahui, tetapi jalanmu di bumi tidak kau ketahui.
Sungguh demikian Thales terbilang bapak filosufi Yunani, sebab dialah filosuf yang pertama. Filosofinya diajarkan dengan mulut saja, dan dikembangkan oleh murid-muridnya dari mulut ke mulut pula. Baru Aristoteles, menuliskannya kemudian.
Menurut keterangan Aristoteles, kesimpulan ajaran Thales ialah semuanya adalah air. Air yang cair itu adalah pangkal, pokok, dan dasar segala-galanya. Bagi Thales, air adalah sebab yang pertama dari segala yang ada. Di awal air di ujung air. Asal air pulang air. Air yang satu itu adalah bingkai dan pula isi. Atau dengan kata lain filosofi air adalah substrat dan subtansi kedua-duanya.

2. Anaximandros (610-547 SM)
Anaximandros adalah salah satu dari murid Thales. Ia lebih muda lima belas tahun dari Thales, tapi meninggal lebih dulu dari Thales. Anaximandros adalah seorang ahli astronomi dan ilmu bumi.
Sebagai filosuf ia lebih besar dari gurunya. Oleh karena itu meskipun ia murid Thales, namun mempunyai prinsip dasar alam memang satu akan tetapi prinsip dasar tersebut bukanlah dari jenis benda alam seperti air sebagaimana yang dikatakan gurunya. Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut apeiron.
Apeiron adalah zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan, tak ada persamaannya dengan apapun. Segala yang kelihatan itu, yang dapat ditentukan rupanya dengan panca indra kita, adalah barang yang mempunyai akhir, yang berhingga, sebab itu barang asal, yang tiada berhingga, dan tiada berkeputusan, mustahil salah satu dari barang yang berakhir itu. Segala yang tampak dan terasa dibatasi oleh lawannya. Yang panas dibatasi oleh yang dingin. Dimana bermula yang dingin disana berakhir yang panas. Yang cair dibatasi yang beku, yang terang oleh yang gelap. Dan bagaimana yang berbatas itu akan dapat memberikan sifat kepada yang tidak berkeputusan.
Segala yang tampak dan terasa, segala yang dapat ditentukan rupanya dengan pancaindera kita, semuanya itu mempunyai akhir. Ia timbul, hidup, mati dan lenyap. Segala yang berakhir berada dalam kejadian senantiasa, yaitu dalam keadaan berpisah dari yang satu kepada yang lain. Yang cair menjadi beku dan sebaliknya. Semuanya itu terjadi dari ada apeiron dan kembali pula kepada apeiron.
Disitu tampak kelebihannya dari pada gurunya. Selagi Thales berpendapat bahwa barang yang asal itu salah satu dari yang lahir, yang tampak, yang berhingga juga, Anaximandros meletakkannya di luar alam yang memberikan sifat yang tiada berhingga padanya dengan tiada dapat diserupai.



3. Anaximenes (585-494 SM)
Anaximenes adalah salah satu murid Anaximandros. Ia adalah filosuf alam terakhir dari kota Miletos. Sesudah ia meninggal dunia kemajuan filosuf alam berakhir di kota tersebut. Banyak ahli fikir dari kota tersebut sebab kota Miletos pada tahun 494 SM diserang dan ditaklukan oleh bangsa Persia. Dengan kepergian para ahli fikir itu, maka kebesaran kota Miletos sebagai pusat pengajaran filosufi alam lenyap.
Pandangan filsafatnya tentang kejadian alam ini sama dasarnya dengan pandangan gurunya. Ia mengajarkan bahwa barang yang asal itu satu dan tidak berhingga. Hanya saja ia tidak dapat menerima ajaran Anaximandros, bahwa barang yang asal itu tak ada persamaannya dengan barang yang lain dan tak dapat dirupakan. Baginya yang asal itu mestilah satu dari yang ada dan yang tampak. Barang yang asal itu ialah udara. Udara itulah yang satu dan tidak berhingga.
Thales mengatakan air asal dan kesudahan dari segala-galanya. Anaximenes mengatakan udara. Udara yang memalut dunia ini, menjadi sebab segala yang hidup. Jika tak ada udara itu, tak ada yang hidup. Pikirannya ke sana barangkali terpengaruh oleh ajaran Anaximandros, bahwa “ Jiwa itu serupa dengan udara.” Sebagai kesimpulan ajarannya dikatakan: “Sebagaimana jiwa kita, yang tidak lain dari udara, menyatukan tubuh kita, demikian pula udara mengikat dunia ini jadi satu”.

4. Pythagoras (572 – 497 SM )
Menurut kepercayaan Pythagoras manusia itu asalnya tuhan. Jiwa itu adalah penjelmaan dari tuhan yang jatuh kedunia karena berdosa, dan ia akan kembali ke langit ke dalam lingkungan tuhan bermula, apabila sudah habis dicuci dosanya itu. Menurut kepercayaannya itu, Pythagoras menjadi penganjur Vegetarismre, memakan sayur-mayur dan buah-buahan saja. Tetapi tak cukup orang hidup membersihkan hidup jasmani saja, akan tetapi rohani juga. Manusia harus berzikir senantiasa untuk mencapai kesempurnaan hidupnya. Menurut keyakinan kaum Pythagoras setiap waktu orang harus menanggung jawab hatinya tentang perbuatannya sehari-hari.
Hidup di dunia ini menurut paham Pythagoras adalah persediaan buat akhirat. Berlagu dengan musik adalah juga sebuah jalan untuk membersihkan. Dalam penghimpunan kaum Pythagoras musik itu dimuliakan.
Filsafah pemikirannya banyak diilhami oleh rahasia angka-angka. Ia beranggapan bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah angka. Batas, bentuk, dan angka dalam pengertian Pythagoras adalah sesuatu yang sama. Dunia angka adalah dunia kepastian dan dunia ini erat hubungannya dengan dunia bentuk.
Kata-kata Pythagoras, bahwa : “all things are numbers”, tampak seolah-olah omong kosong belaka, akan tetapi justru ajaran itulah yang menjadi segala pokok pangkal ilmu hakikat, ilmu pasti, theology, mistika dan tasawuf.
Dari sini dapat dilihat kecakapan dia dalam matematik mempengaruhi terhadap pemikiran filsafatnya, sehingga pada segala keadaan ia melihat dari angka-angka dan segala keadaan merupakan paduan dari unsur angka. Angka adalah asal dari segalanya dan segala macam perhubungan dapat dilihat dari angka-angka.

5. Heraklitos (535-475 SM)
Filsafat Heraklitos merupakan filsafat menjadi. Tak ada sesuatu yang ada secara tetap, segala sesuatu dalam keadaan menjadi. Segala sesuatu bergerak secara abadi: “Segala sesuatu berlalu dan tak ada sesuatu pun yang tinggal diam”. Kita tak akan dapat dua kali turun ke dalam arus yang sama, airnya senantiasa berganti. Begitulah segala sesuatu. Tak ada sesuatu pun yang kekal, tak ada sesuatu pun yang kekal, tak ada sesuatu pun yang tetap, hakekat segala sesuatu adalah perubahan, keadaan (sedang) menjadi. Keadaan menjadi ini selalu terjadi dalam suatu pertentangan, dari kehidupan timbul kematian, dari kematian timbul kehidupan, dari bagian-bagian timbul keseluruhan, dari keseluruhan timbul bagian-bagian.
Heraklitos mengemukakan pendapatnya, ia mempercayai bahwa arche (asas yang pertama dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada, dan mengubahnya sesuatu itu menjadi abu atau asap. Walaupun sesuatu itu apabila dibakar menjadi abu atau asap, adanya api tetap ada. Segala sesuatunya berasal dari api, dan akan kembali ke api.
Menurut pendapatnya, di dalam arche terkandung sesuatu yang hidup (seperti roh) yang disebutnya sebagai logos (akal atau semacam wahyu). Logos inilah yang menguasai dan sekaligus mengendalikaan keberadaan segala sesuatu. Hidup manusia akan selamat apabila sesuai dengan logos.

6. Parmenides (540-475 SM)
Ia lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan. Dialah yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada (being). Ia kagum adanya misteri segala realitas yang ada. Di situ ia menemukan berbagai (keanekaragaman) kenyataan, dan ditemukan pula adanya hal yang tetap dan berlaku secara umum. Sesuatu yang tetap dan berlaku umum itu tidak dapat ditangkap melalui indera, akan tetapi akan ditangkap lewat pikiran atau akal. Untuk memunculkan realitas tersebut hanya dengan berpikir.
Yang ada (being) itu ada, yang ada tidak dapat hilang menjadi tidak ada, dan yang tidak ada adalah tidak ada, sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan hanyalah yang ada saja, yang tidak ada tidak dapat dipikirkan.
Jadi, yang ada (being) itu satu, umum, tetap dan tidak dapat dibagi-bagi. Karena membagi yang ada akan menimbulkan atau melahirkan banyak yang ada, dan itu tidak mungkin. Yang ada tidak dijadikan dan tidak dapat musnah. Tidak ada kekuatan apapun yang dapat menandingi yang ada. Tidak adaaaaaa sesuatu pun yang sapat ditambahkan atau mengurangi terhadap yang ada. Kesempurnaan yang ada digambarkan, sebuah bola yang jaraknya dari pusat kepermukaan semuannya sama. Yang ada di segala tempat, oleh karananya tidak ada ruangan yang kosong, maka di luara yang ada masih ada sesuatu yang lain.

7. Leukippos ( 540 SM)
Leukippos adalah ahli pikir yang pertama mengajarkan tentang atom. Menurut pendapatnya tiap benda terdiri dari atom. Yang dipakai sebagai dasar teorinya tentang atom ialah yang penuh dan kosong. Atom dinamainya yang penuh sebagai benda betapapun kecilnya dan bertubuh. Dan setiap yang bertubuh mengisi lapangan yang kosong. Jadi di sebelah yang penuh dan yang kosong itulah kejadian alam ini. Keduandan yang penuh dan yang kosong mesti ada sebab kalau tak ada yang kosong atom itu tidak dapat bergerak.
Seperto Parmenides, ia menyatakan tidak mungkin ada penciptaan dan pemusnahan mutlak, akan tetapi ia tidak ingin menolak kenyataan banyak, bergerak, lahir ke dunia dan menghilang yang tampak pada segala sesuatu. Banyak, gerak, lahir dan hilang tidak mungkin kita paham tanpa adanya tidak ada (non-being), dalam hal ini ia selendapat dengan Parmenides, namun ia menambahka bahwa tidak ada (non-being) mempunyai arti pula sebagaimana ada (being). Being berarti pemenuhan ruang, berarti pula penuh, non-being berarti kekosongan.

8. Demokritos ( 460-360 SM)
Menurut Demokritos, segala sesuatu mengandung penuh dan kosong. Jikalau kau menggunakan pisau itu harus menemukan ruang kosong, supaya dapat menembus. Jika apel itu tidak mengandung kekosongan, ia tentu keras dan secara pisik tidak dapat dibelah. Sedangkan bagian yang penuhdari segala sesuatu dapat dibagi-bagi menjadi titik-titik yang tak terbatas jumlahnya., dank arena kecilnya ia tidak dapat ditangkap dengan pancaindera. Bagian kecil-kecil itu tak dapat dibagi dan tidak mengandung kekosongan. Ia bernama atomos yang artinya tak dapat dibagi.
Demokritos adalah murid Leukippos, dan sama dengan pendapat gurunya bahwa alam ini terdiri dari atom-atom yang bergerak-gerak tanpa akhir, dan jumlahnya sangat banyak. Dan ia sependapat dengan Heraklitos, bahwa anasir pertama adalah api. Api terdiri dari atom yang sangat halus, licin dan bulat. Atom apilah yang menjadi dasar dalam segala yang hidup. Atom api adalah jiwa.
Jiwa itu tersebar keseluruh badan kita, yang menyebabkan badan kita bergerak. Waktu bernafas kita tolak ia keluar. Kita hidup hanya selama kita bernafas. Demikianlah Demokratis menjadikan atom sebagai asas hidup penglihatan, perasaan dan pendengaran, semuanya timbul dari gerak atom.






C. Kesimpulan
Para filosof pada masa pra Socrates di antaranya adalah Thales, Anaximandros, Anaximenes, Pythagoras, Heraklitos, Parmenides, Leukippos dan Demokratis merupakan filosof yang tidak mempercayai cerita-cerita tentang keadaan alam begitu saja tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Mereka tidak sama dengan kebanyakan orang pada saat itu yang hanya menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang ditangkap oleh inderanya dan cukup puas walau hanya menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenk moyang tau legenda pada saat itu.
Thales merupakan salah satu dari filosuf alam yang memiliki pemikiran bahwa “Semuanya itu air”, dari pemikiran yang diungkapannya itu tersimpul dengan sengaja atau tidak. Suatu pandangan yang dalam, yaitu bahwa “Semuanya itu satu”. Selain itu, Anaximandros salah satu dari murid Thales juga mengungkapkan pemikirannya yang ia dapat bahwa prinsip dasar alam memang satu, akan tetapi bukanlh dari jenis benda alam seperti air sebagaimana yang dikatakan oleh gurunya. Prinsip dasar haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut apeiron.
Meskipun mereka berdua seorang filosuf dan memiliki hubungan yaitu guru dengan murid namun dalam segi pemikiran mereka berbeda. Para filosuf tidak begitu saja mempercayai pemikiran atau cerita, meskipun orang terdekat mereka yang mengemukakan, apalagi itu tentang keadaan alam. Mereka lebih berusaha untuk mendapatkan keterangan tentang inti dasar alam itu sendiri dari daya pikirnya sendiri. Seperti Thales dan Anaximandros begitu juga dengan filosuf lainnya. Maka mereka pantas mendapat sebutan sebagai pemikir yang radikal, karena pemikiran mereka begitu mendalam hingga ke akar-akarnya.
read more "FILSAFAT PRA SOCRATES"


Pengertian Filsafat

Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".

Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa "filsafat" adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis. 

Ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk dialog. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.

Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filsafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, dan couriousity 'ketertarikan'.

Manusia Yunani pertama-tama mencoba menerangkan dunia dengan kejadian-kejadian yang menyertainya secara mitologis dan lepas dari kontrol rasio. Selanjutnya semuanya itu kemudian diterangkan dan disusun secara sistematis karena dengan mencari suatu keseluruhan yang sistematis, mereka mampu mengerti hubungan antara mite itu dan menyingkirkan mite yang tak dapat dicocokkan dengan mite yang lain.

Pemikiran mitologis tersebut dikaitkan dengan pemikiran keagamaan. Alasan mereka adalah, ‘karena makhluk-nakhluk merupakan dasar alam, maka makhluk-makhluk itu perlu dipuja dan disembah.

Akibat dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu pengetahuan serta semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang diberikan oleh pemikiran keagamaan, peran mitologi kemudian secara perlahan-lahan digantikan oleh logos (rasio/ ilmu).

Pada saat inilah, para filsofof kemudian mencoba memandang dunia dengan cara yang lain yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yaitu berpikir secara ilmiah.

Dalam mencari keterangan tentang alam semesta, mereka melepaskan diri dari hal-hal mitis yang secara turun-temurun diwariskan oleh tradisi. Dan selanjutnya mereka mulai berpikir sendiri. Di balik aneka kejadian yang diamati secara umum, mereka mulai mencari suatu keterangan yang memungkinkan mereka mampu mengerti kejadian-kejadian itu. Dalam artian inilah, mulai ada kesadaran untuk mendekati problem dan kejadian alam semesta secara logis dan rasional.

Sebab hanya dengan cara semacam ini, terbukalah kemungkinan bagi pertanyaan-pertanyaan lain dan penilaian serta kritik dalam memahami alam semesta. Semangat inilah yang memunculkan filosof-filosof pada jaman Yunani. Filsafat dan ilmu menjadi satu.

Dalam tradisi filsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. Tema-tema itu adalah: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

Tema pertama adalah ontologi. Ontologi membahas tentang masalah “keberadaan” sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris (kasat mata), misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya.

Tema kedua adalah epistemologi. Epistemologi adalah tema yang mengkaji tentang pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.

Tema ketiga adalah aksiolgi. Aksiologi yaitu tema yang membahas tentang masalah nilai atau norma sosial yang berlaku pada kehidupan manusia. Nilai sosial . 

Munculnya Filsafat

Filsafat, terutama Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.

Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.

Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “Komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.

Klasifikasi filsafat

Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama , menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena itu, filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang budayanya. Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah dan menurut latar belakang agama. Menurut wilayah bisa dibagi menjadi: “Filsafat Barat”, “Filsafat Timur”, dan “Filsafat Timur Tengah”. Sementara latar belakang agama dibagi menjadi: “Filsafat Islam”, “Filsafat Budha”, “Filsafat Hindu”, dan “Filsafat Kristen”.

Filsafat Barat
‘‘‘Filsafat Barat’’’ adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno.

Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.

Filsafat Timur
‘‘‘Filsafat Timur’’’ adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf Timur, antara lain Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong.

Filsafat Timur Tengah
‘‘‘Filsafat Timur Tengah’’’ ini sebenarnya mengambil tempat yang istimewa. Sebab dilihat dari sejarah, para filsuf dari tradisi ini sebenarnya bisa dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi Filsafat Barat. Sebab para filsuf Timur Tengah yang pertama-tama adalah orang-orang Arab atau orang-orang Islam (dan juga beberapa orang Yahudi!), yang menaklukkan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafi mereka. Lalu mereka menterjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani. Bahkan ketika Eropa setalah runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad Pertengahan dan melupakan karya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini mempelajari karya-karya yang sama dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa. Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah: Avicenna(Ibnu Sina), Ibnu Tufail, Kahlil Gibran (aliran romantisme; kalau boleh disebut bergitu)dan Averroes.

Filsafat Islam
‘‘‘Filsafat Islam’’’ bukanlah filsafat Timur Tengah. Bila memang disebut ada beberapa nama Yahudi dan Nasrani dalam filsafat Timur Tengah, dalam filsafat Islam tentu seluruhnya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih 'mencari Tuhan', dalam filsafat Islam justru Tuhan 'sudah ditemukan.'

Filsafat Kristen
‘‘‘Filsafat Kristen’’’ mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantangan zaman di abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen tengah berada dalam zaman kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercayaan agamanya. Tak heran, filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah ontologis dan filsafat ketuhanan. Hampir semua filsuf Kristen adalah teologian atau ahli masalah agama. Sebagai contoh: Santo Thomas Aquinas, Santo Bonaventura, dsb. (HPK doc.)

read more "Pengantar Filsafat"
 

Mengenai Saya

Foto saya
Smua yg aku lakukan hanya tuk menemukan diriQ sendiri karna ternyata orang yang paling tidak kita kenal adalah diri kita sendiri. .
Diberdayakan oleh Blogger.

Blogger templates

Blogroll

Blogger news